Di telinga langit kucoba berbisik
.
Aku membisikkan doa (yang kiranya adalah kata-kata indah) kepada
telinga langit di penghujung tebing, dia si langit menggangguk entah dia paham
doaku atau hanya sekedar memberi penghormatan kepada aku yang berani memohon,
bisikkan doaku padamu pada akhirnya diterima arakan awan tetapi dikembalikan
lagi pada bumi dalam jutaan rintik rindu.
Bisik-bisik cinta pada daun jatuh
.
Begitulah kiranya awal dari percakapan
sang daun jatuh dengan cintanya angin
yang mengantarkannya menjadi
padu pada tanah
"Karena ajalmu sudah dekat, dan
kau akan lebih berguna jika berada
di atas tanah,
menjadi kompos"
Begitulah bisik cinta sang angin
pada daun jatuh
Bolehkah Kita
.
Bolehkah kita beradu
pandang?
Meski ruang hati sudah
terisi penuh
tak mengapa meski
sekilas
asal kau penuhi candu mata
ini
.
Boleh saja kita
berjalan bersama
asal tak ada mata-mata
yang menatap iri
pada jejak langkah
kita
.
Bolehpun kita
mentertawakan
hal-hal yang biasa
kita tertawakan
tetapi ingatlah
jangan sampai tumbuh
pohon cinta
yang dulu pernah kita
tebang bersama
Aku begini kamu pun begitu
.
Aku begini kamu pun begitu
selalu saja bertentangan
tak habis cerita yang penamu tuliskan untuk kisah yang tak
berkesudahan
ingin aku mengakhiri tapi wajar bila ku balik lagi
tak mampu gunung di cabut begitu pula kenangan tak mampu ia
dihilangkan
0 komentar:
Posting Komentar