Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Senin, 10 Agustus 2020

Menjadi Titik (2020)

 

Menjadi Titik

derita titik pada satu kalimat

hanya pelengkap untaian

tanpa ia kalimat akan baik-baik saja

meski terlihat acuh

.

lain waktu, titik menjadi pertanda

bagi nelayan mencari arah pulang

dari rimbaian selongsong kenangan

.

semesta hanya berisi titik titik

yang kemudian diisi dengan benar

 

Persimpangan Jalan

Rasa-rasanya dulu

dipersimpangann  jalan kita bertemu

Bersamping-sampingan tapi tetap terus jalan

 sampai kita berada di jalan yang lurus

Aku kira itulah penghujung jalan

yang berikut orang suci khutbahkan

Kita ternyata salah menyangka

Jalan yang lurus

hanya gang buntu di tengah cuap-cuap kota yang

sakit kena korona

 

Membaca

Sebenar-benarnya membaca

adalah membaca kesalahan diri sendiri

 

Kita Begitu

Begitulah kita

Menua

Menjadi Debu

Tanpa bisa bersatu

Sabtu, 23 Desember 2017

Peta Asia Tenggara

Peta Asia Tenggara
Sembari penjaga warung menyeduhkan kopi untuk kita berdua
kamu bergumam cantik "bang, kopinya jangan panas ya, nanti bibirku melepuh"
dihari itu kau pinta gambarkan sebuah peta
yang menurutku asia tenggara tapi menurutmu itu kopi tumpah di celana
"ada baiknya kita tidak perlu membahas perasaan disini"
"kau bahasakan saja per rasa nanti juga ketauan kalau ada yang mengganjal"
benar saja, hatiku meluluh seketika




Pintu
Lama sekali kau mau bukakan pintu sampai sampai penjaga gerbang menghampiriku
"masnya nyari siapa ya?"
gelagatnya lucu, jadi pingin ketawa
"aku mencari wanita, alisnya tipis, jidatnya lebar, dan mata nya berkaca"
oh dia penghuni baru jawab penjaga gerbang
panggil saja mas kalau ndak nyahut berarti orangnya tidak menyukai mas
lancang sekali, kataku, dalam hati
ternyata memang hari itu pintu tidak dibukakan
sedih hatiku ternyata benar kata penjaga pintu
hari itu aku gontai pulang dengan layu





Pelupuk Mata
Sontak aku kaget ketika kau putuskan untuk berhenti menatapku
Kenapa? Apakah takaran rindu ini  masih kurang?
bukan, bukan jawabmu
bukan sebab rindu yang memisahkan kamu
rajam aku bila bisa melupakanmu
benalu itu menghisap sukaku sementara kau menghirup dukaku
oalah aku mengalah saja
sebabnya tak ada sisa-sisa cinta di pelupuk matamu




Kamar Mandi
suram juga kamar mandi ini setelah kau tinggalkan handuk yang masih
menyimpan bau harum sabun mandi yang kau guyur dengan air mata pada petang
membilas semua lara yang bertengger di pundakmu
langkahmu juga masih berderap di kamar atas
bekas puing keabadian
menjadi ketiadaan





Duhai Kekasihku
                                -Untuk NJ
Tiada yang memberi bekas lebih padamu
bahkan bekas ban motor di tanah merah
Surat-surat cintaku bertasbih apabila namamu
dibisikkan oleh pena yang tintanya dicelupkan
ke dalam bola matamu yang hitam
Apa saja yang menjadikanmu pilu
menjadi kristal air matamu pecah berhamburan
menjadikanku marah atas ketidak berdayaan
Duhai kekasihku

Jangan layu karena ketiadaanku







Kamis, 28 September 2017

Mati

Mati
aku muak berada di kerumunan orang yang mendekapku erat di depan tetapi
menghunusku di belakang. aku ingin menyingkir dari kehidupan yang membimbingku menjadi mesin.
aku rindu pada orang-orang yang menyapaku meski tak tahu, menyambutku meski tak kenal.
aku ingin mati di belantara orang-orang yang diasingkan kehidupan atau mati di perjalanan.
tak mengapa tanpa ada upacara kematian, selarasnya hanya memakai baju yang kupakai hari itu
tanpa perlu diziarahi, tanpa ditaburi bunga



Mati(2)
suatu saat kau bertanya; apa yang ingin aku dapatkan di kehidupan ini?
sederhana jawabku; tanpa adanya campur tangan siapapun, aku ingin berkelana
sejauh apa? sejauh aku mampu berjalan. jika aku berhenti maka aku ingin mati di tempat itu
tanpa ada yang mengenalku. aku ingin mati seperti bangkai yang berserak
bercerai berai



Artefak
Diriku kumpulan artefak
terpisah dan terbuai
direkatkan kembali demi
mengumpulkan kisah yang terserak
pudar ditilap jaman
layu dalam genggaman
Kau adalah teori
tak ubahnya seperti jam yang terus mendikte
aku semakin tenggelam
dalam interpretasimu
yang tak kunjung padam


  
Bintang
Aku tak ubahnya bintang di malam hari
belajar berpendar seiring fajar menyingsing
acuhmu pembelajaran bagiku
aku harus menyongsong langit tertinggi
sekiranya aku tiada dapat kau lihat
dengan mata telanjang
bila kau gunakan teropong pun
aku tak dapat ditemukan


Senin, 18 September 2017

Debat

Debat

aku sering mendebat tuhan perihal siapakah yang pantas menjadi kekasihku
aku memilih engkau dan tuhan memilih sendiri

takdir menengahi pertikaian kami.




Pamit
sesederhana itu cinta datang;
bertemu dan saling cinta
menikah dan bahagia
tidak demikian kisahku;
terjal, berliku, dan buntu

walau tanpa pamit kuhargai
toh, dia tak pernah mengucap:
aku datang
maka aku takkan mengharap
kembaliannya

ku gantung papan di pintu hati
"selamat datang dan silahkan kembali kapan-kapan"


Hari
Hari itu hujan. Awalnya rintik, lama-lama deras
Bukan, bukan hujan yang turun kali ini
 Kenangan membanjiri selokan kepalaku.
Siangnya terik membakar kulit
bukan panas matahari, melainkan amarahmu yang tak reda
tak bisa ditahan, membenciku menggebu-gebu.
Malam mulai terasa dingin.
Aku tahan dingin tapi ini bukan dinginnya suhu
ini dinginnya sikapmu
Sial! aku kehilangan rindu yang biasa menyelimutiku.


Hilang
Akulah yang paling mencari-cari kau dalam hening ketika
semua terasa ramai dalam gemerlap cahaya lampu
Aku yang paling merasa sepi saat kau masuk ke dalam
bayang-bayang.Menghilang.

Sabtu, 22 Juli 2017

Kopi yang tak lagi hangat (2017)

Kopi yang tak lagi hangat
.
Tidak terselip cinta
pada kata yang mengambang di bibirmu
atau pada tiap bait puisi
yang kau tulis
dengan susah payah
ditengah malam saat
mata hampir terlelap
dan saat mentari
bangun pagi
hangatnya tidak sampai kemari
Maka aku pun dingin
seperti kopi yang
lupa kau hangatkan



Matinya cinta yang berjuang
.
Untuk kisah cinta
yang mati suri
untuk kesekian kali
Untukmu yang berjuang
hingga batas tegar
melewati kerongkongan
Untukmu yang diperjuangkan
bersikukuh
dalam dahaga yang menyakitkan


.
Lantang suara berteriak pada dunia tapi padam kobar api di hadapanNya

Di dalam semesta yang besar, seringkali aku menanyakan peranku kepada Tuhan
Entah lakon apa yang Ia berikan padaku, apakah menjadi pria brengsek penghuni neraka atau
menjadi lelaki taat dalam kehidupan yang melarat?
Aku, di semesta yang besar dengan lakon kecil

Aku, yang merasa besar seakan memangku langit



Aku abdi tuan tanah bukan abdi ibu pertiwi
.
Cerita terbaik dibuka ketika seseorang yang berpakaian rapi, berdasi layaknya korporat-korporat jelmaan tikus memasuki suatu rumah makan.
"Aku pesan satu tempat duduk" pintanya."Maaf tapi kami sudah kehabisan tempat" kata penjaga. Dari kejauhan rupanya percakapan itu didengar seorang gadis, sepertinya juga wanita kantoran. "Mungkin kau mau duduk disini, menemaniku?" Daripada tidak mendapat tempat pikir sang pria korporat yang mengiyakan tawaran gadis tadi, rupanya mereka teman lama yang bertemu kembali setelah sekian lama. "Hei aku tidak mengenalmu, kamu tampak berbeda tak seperti dulu" "aku sama seperti dulu, hanya saja kamu yang lama tidak melihat, jadi kelihatan beda" "kerja dimana sekarang?" "Aku hanya menjadi pegawai biasa di perusahaan asuransi, kamu?"
"Kupikir aku abdi pertiwi seperti yang dimandatkan dalam jabatanku namun kenyataannya aku adalah abdi tuan tanah"



Rabu, 14 Juni 2017

Doaku Untukmu Malam Ini (2016)

Doaku untukmu malam ini
.
Jauh dalam kerlip lampu yang damai di Depok, aku mendoakanmu dalam syahdu
Klakson nyaring bersahut-sahutan seakan mengaminkan doaku malam ini
Doaku malam ini

aku mencintaimu. seterusnya.


Sekarang itu tidak ada
.
Dulu saat masih polos kubagi masa menjadi tiga: lalu, sekarang, dan kemudian
Suatu ketika aku mulai belajar
bahwa waktu adalah permainan pikiran
Tidak ada masa lalu, yang diingat pikiran akan yang lampau itu telah busuk
Tidak ada sekarang, yang dirasa indrawi sekarang itu telah lama usang
Tidak ada kemudian, yang ada hanya kemungkinan


Keluhan si neon bar
.
Pernah suatu ketika lampu neon yang dinyalakan oleh seorang penjaga bar berujar "aku bersinar bersama malam tetapi meredup bersama siang"
Penjaga bar yang mendengar keluhan lampu neon menyahut "kau mempunyai keindahan yang tidak dimiliki matahari dan hanya malam yang dapat melihatmu jelas; warnamu"


Sebab-Akibat
.
Jantung berdegup
tak berdegup darah tak jalan
Mulut menguap
tak menguap maka tak ngantuk
Begitulah jalannya takdir
tanpa perlu mengetahui kenapa
selalu diciptakan "sebab" dan "akibat"

Pernahkah kau merasa rindu?
tapi rindu itu tak pernah menjelma menjadi awan kehadiran
yang akan menjadi hujan
memberi air kepada tumbuhan
dan memisrakan antara keduanya




Senin, 05 Juni 2017

Si Gadis Istimewa (2016)


Cintanya Tuhan
.
Bukan pisau yang memotong daging
pisau hanya bersifat tajam
manusia jualah yang memotongnya
.

Bukan tangan yang bergerak
tanpa ada hati
yang menyuruh pada tangan untuk bergerak
Bukan aku yang kuasa mencintaimu
sifat MahabbahNya lah yang menjelma dalamku
Maka hakikatnya

tuhan jualah yang mencintaimu


Cinta
.
Cinta itu waktu
dalam hitungan detik yang selalu menunggu, menanti
Cinta itu tempat
pada setiap kenangan yang muncul, mengambang
Cinta itu kesalahan
hingga tiba saatnya menjadi benar, tepat


Si Gadis Istimewa
.
 Oh mama, telah aku jumpai di sini
Seorang gadis sederhana
Tak banyak cakap apalagi gaya
Sungguh sedikit gadis sepertinya
yang berkilau dalam kesederhanaan
.
Kalau aku diizinkan berada di sampingnya
waktu akan kuhabiskan bersama
sayang akan kulimpahkan selalu
raga akan selalu di sisi
Karena aku tahu akan satu hal, mama
Dia si gadis istimewa


Belajar
.
Pada embun pagi
aku belajar cinta
Dia yang menyejukkan pagi
dia juga yang rela terbakar terik
.
Pada rintik hujan
aku belajar rindu
jatuh bagai peluru
.
Pada purnama
aku belajar sayang
Bulat abu-abu sempurna
bersinar temani gelap





Jumat, 26 Mei 2017

Tak Sesempurna Yang Semestinya

Saat dia mengucap kata
Aku yang berharap menjadi sirna
malam itu sendu bagiku
Kulihat jam dinding, 9 malam
Serta merta kupanggil sang angin, awan, surya, dan api
Kepada sang angin
"Kau yang tak terlihat, mengelilingi dunia dalam sekejap, bisakah bantu aku?"
‌"Jagalah dia dengan seluruh riuhmu, dinginkan hatinya ketika panas, bertiuplah sepoi-sepoi menerpa wajahnya"
‌Kemudian pada sang awan yang berarak "Kuminta padamu dengan segala hormat, teduhilah dia dikala terik, turunkan hujan bila terasa kering untuknya"
Lalu sang surya
"Bersinarlah kau agar mampu memukau dirinya di pagi hari, hiburlah dia dengan jinggamu di penghujung hari"
Terakhir sang api
"Berilah dia kehangatan ketika angin gunung datang, jadilah pelita baginya di malam hari"

"Aku yakin kalian dapat menggantikanku, memberikan segala perlindungan dan kenyamanan. Aku ingin menjadi yang selalu menemaninya tapi aku bukanlah sepertimu wahai angin, aku ingin memberikan dia teduh disaat terik tapi aku bahkan tidak berarak seperti awan, aku ingin melihat senyumnya ketika matahari terbit tapi aku bahkan tidak bisa bersinar dimatanya, aku ingin memberikan kehangatan kepadanya tetapi jelas disini dia memilih yang lain".

"Maaf aku tidak bisa menjadi sepoi, menurunkan hujan, memberi kehangatan, dan menjadi pelita untuknya
Sampaikan salamku kepadanya bila bertemu, aku mencintainya".

Surat Cinta Untuk Sang Surga




Untukmu, yang kukira tak perlu disebutkan nama

            Hei, apa kabar? Semoga kamu selalu sehat dan senantiasa dalam perlindungan Allah Ta'ala. Kukira sekarang kita sudah jarang bercakap-cakap baik itu langsung ataupun melalui chat. Entahlah, aku tidak mau menggangumu dengan percakapan yang tidak berkesudahan, tapi ku rasa kamu harus tahu satu hal. Sudah beberapa tahun kita saling tahu, kurasa kita sudah lama saling kenal, dan sudah lama kiranya sejak aku menyatakan perasaanku kepadamu, saat itu kamu menjawab dengan mengutip sebuah quote "janganlah kau mencintai seseorang sedangkan kamu tak berniat untuk menikahinya".
            Mungkin kamu bertanya-tanya mengapa aku begitu mencintaimu, atau kamu mungkin penasaran bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu? Percayalah seiring waktu yang menemani langkah kita, kamu akan mengetahui jawabannya tanpa perlu aku utarakan sebuah kalimat. Tak terhitung banyaknya waktu yang terbuang (tapi tidak percuma) untuk memikirkanmu seorang. Dalam heningnya malam hingga derunya siang, bermoksaku dalam doa. Habis kata dalam tenggorokan untuk menjelaskan kepada khlayak kenapa aku begitu mencintaimu, tapi Allah lebih tau.
            Inilah impian sederhanaku, bercengkrama denganmu ditemani dua gelas kopi hangat yang menyertai api unggun pada pasir pantai Gili Trawangan yang berbisik kedinginan karena angin laut atau menatap kemilau langit senja pada ketinggian 2565 mdpl  Gunung Prau pada penghabisan waktu.
             Sebenarnya bukan itu semua yang benar-benar ku inginkan, aku tidak ingin itu hanya menjadi perjalananku, yang kuinginkan itu menjadi perjalanan kita. Bukankah indah menjelajahi hidup dengan seseorang yang kau cinta? Aku hanya ingin menikmati setiap petualangan yang ada, menghabiskan setiap detik,  merasakan suka dan duka bersamamu. Seumur hidup.
           Aku akan menjadi orang paling bahagia seandainya kamu bersedia untuk menerimaku disisimu. Tak peduli seberapa besar aral, aku akan terus mencoba meyakinkanmu. Kamu tau kan, cinta sejati itu tidak tercipta begitu saja. Bisa saja kau tidak mencintaiku hari ini, tapi suatu saat kamu akan menyadari kekuatan cintaku.
Sesederhana itu, tapi mewujudkannya kuakui sangat tidak sederhana. Maukah kiranya kamu mewujudkan impian sederhanaku? 


                                                                                                                                                                                                                                             Salam Hangat



                                                                                     


                                                               

Sabtu, 20 Mei 2017

Aku Merasa Tak Mati Rasa (2016)

Di telinga langit kucoba berbisik
.

Aku membisikkan doa (yang kiranya adalah kata-kata indah) kepada telinga langit di penghujung tebing, dia si langit menggangguk entah dia paham doaku atau hanya sekedar memberi penghormatan kepada aku yang berani memohon, bisikkan doaku padamu pada akhirnya diterima arakan awan tetapi dikembalikan lagi pada bumi dalam jutaan rintik rindu.


Bisik-bisik cinta pada daun jatuh
.
Begitulah kiranya awal dari percakapan
sang daun jatuh dengan cintanya angin
yang mengantarkannya menjadi
padu pada tanah
"Karena ajalmu sudah dekat, dan
kau akan lebih berguna jika berada
di atas tanah,
menjadi kompos"

Begitulah bisik cinta sang angin
pada daun jatuh



Bolehkah Kita
.
Bolehkah kita beradu pandang?
Meski ruang hati sudah terisi penuh
tak mengapa meski sekilas
asal kau penuhi candu mata ini
.
Boleh saja kita berjalan bersama
asal tak ada mata-mata
yang menatap iri
pada jejak langkah kita
.
Bolehpun kita mentertawakan
hal-hal yang biasa kita tertawakan
tetapi ingatlah
jangan sampai tumbuh
pohon cinta
yang dulu pernah kita tebang bersama




Aku begini kamu pun begitu
.
Aku begini kamu pun begitu
selalu saja bertentangan
tak habis cerita yang penamu tuliskan untuk kisah yang tak berkesudahan
ingin aku mengakhiri tapi wajar bila ku balik lagi
tak mampu gunung di cabut begitu pula kenangan tak mampu ia dihilangkan


Hasil gambar untuk art creative commons