Peta Asia Tenggara
Sembari penjaga warung menyeduhkan kopi untuk kita berdua
kamu bergumam cantik "bang, kopinya jangan panas ya, nanti
bibirku melepuh"
dihari itu kau pinta gambarkan sebuah peta
yang menurutku asia tenggara tapi menurutmu itu kopi tumpah di
celana
"ada baiknya kita tidak perlu membahas perasaan disini"
"kau bahasakan saja per rasa nanti juga ketauan kalau ada
yang mengganjal"
benar saja, hatiku meluluh seketika
Pintu
Lama sekali kau mau bukakan pintu sampai sampai penjaga gerbang
menghampiriku
"masnya nyari siapa ya?"
gelagatnya lucu, jadi pingin ketawa
"aku mencari wanita, alisnya tipis, jidatnya lebar, dan mata
nya berkaca"
oh dia penghuni baru jawab penjaga gerbang
panggil saja mas kalau ndak nyahut berarti orangnya tidak menyukai
mas
lancang sekali, kataku, dalam hati
ternyata memang hari itu pintu tidak dibukakan
sedih hatiku ternyata benar kata penjaga pintu
hari itu aku gontai pulang dengan layu
Pelupuk Mata
Sontak aku kaget ketika kau putuskan untuk berhenti menatapku
Kenapa? Apakah takaran rindu ini
masih kurang?
bukan, bukan jawabmu
bukan sebab rindu yang memisahkan kamu
rajam aku bila bisa melupakanmu
benalu itu menghisap sukaku sementara kau menghirup dukaku
oalah aku mengalah saja
sebabnya tak ada sisa-sisa cinta di pelupuk matamu
Kamar Mandi
suram juga kamar mandi ini setelah kau tinggalkan handuk yang
masih
menyimpan bau harum sabun mandi yang kau guyur dengan air mata
pada petang
membilas semua lara yang bertengger di pundakmu
langkahmu juga masih berderap di kamar atas
bekas puing keabadian
menjadi ketiadaan
Duhai Kekasihku
-Untuk
NJ
Tiada yang memberi bekas lebih padamu
bahkan bekas ban motor di tanah merah
Surat-surat cintaku bertasbih apabila namamu
dibisikkan oleh pena yang tintanya dicelupkan
ke dalam bola matamu yang hitam
Apa saja yang menjadikanmu pilu
menjadi kristal air matamu pecah berhamburan
menjadikanku marah atas ketidak berdayaan
Duhai kekasihku
Jangan layu karena ketiadaanku