Sabtu, 22 Juli 2017

Kopi yang tak lagi hangat (2017)

Kopi yang tak lagi hangat
.
Tidak terselip cinta
pada kata yang mengambang di bibirmu
atau pada tiap bait puisi
yang kau tulis
dengan susah payah
ditengah malam saat
mata hampir terlelap
dan saat mentari
bangun pagi
hangatnya tidak sampai kemari
Maka aku pun dingin
seperti kopi yang
lupa kau hangatkan



Matinya cinta yang berjuang
.
Untuk kisah cinta
yang mati suri
untuk kesekian kali
Untukmu yang berjuang
hingga batas tegar
melewati kerongkongan
Untukmu yang diperjuangkan
bersikukuh
dalam dahaga yang menyakitkan


.
Lantang suara berteriak pada dunia tapi padam kobar api di hadapanNya

Di dalam semesta yang besar, seringkali aku menanyakan peranku kepada Tuhan
Entah lakon apa yang Ia berikan padaku, apakah menjadi pria brengsek penghuni neraka atau
menjadi lelaki taat dalam kehidupan yang melarat?
Aku, di semesta yang besar dengan lakon kecil

Aku, yang merasa besar seakan memangku langit



Aku abdi tuan tanah bukan abdi ibu pertiwi
.
Cerita terbaik dibuka ketika seseorang yang berpakaian rapi, berdasi layaknya korporat-korporat jelmaan tikus memasuki suatu rumah makan.
"Aku pesan satu tempat duduk" pintanya."Maaf tapi kami sudah kehabisan tempat" kata penjaga. Dari kejauhan rupanya percakapan itu didengar seorang gadis, sepertinya juga wanita kantoran. "Mungkin kau mau duduk disini, menemaniku?" Daripada tidak mendapat tempat pikir sang pria korporat yang mengiyakan tawaran gadis tadi, rupanya mereka teman lama yang bertemu kembali setelah sekian lama. "Hei aku tidak mengenalmu, kamu tampak berbeda tak seperti dulu" "aku sama seperti dulu, hanya saja kamu yang lama tidak melihat, jadi kelihatan beda" "kerja dimana sekarang?" "Aku hanya menjadi pegawai biasa di perusahaan asuransi, kamu?"
"Kupikir aku abdi pertiwi seperti yang dimandatkan dalam jabatanku namun kenyataannya aku adalah abdi tuan tanah"



0 komentar:

Posting Komentar