Senin, 18 September 2017

Debat

Debat

aku sering mendebat tuhan perihal siapakah yang pantas menjadi kekasihku
aku memilih engkau dan tuhan memilih sendiri

takdir menengahi pertikaian kami.




Pamit
sesederhana itu cinta datang;
bertemu dan saling cinta
menikah dan bahagia
tidak demikian kisahku;
terjal, berliku, dan buntu

walau tanpa pamit kuhargai
toh, dia tak pernah mengucap:
aku datang
maka aku takkan mengharap
kembaliannya

ku gantung papan di pintu hati
"selamat datang dan silahkan kembali kapan-kapan"


Hari
Hari itu hujan. Awalnya rintik, lama-lama deras
Bukan, bukan hujan yang turun kali ini
 Kenangan membanjiri selokan kepalaku.
Siangnya terik membakar kulit
bukan panas matahari, melainkan amarahmu yang tak reda
tak bisa ditahan, membenciku menggebu-gebu.
Malam mulai terasa dingin.
Aku tahan dingin tapi ini bukan dinginnya suhu
ini dinginnya sikapmu
Sial! aku kehilangan rindu yang biasa menyelimutiku.


Hilang
Akulah yang paling mencari-cari kau dalam hening ketika
semua terasa ramai dalam gemerlap cahaya lampu
Aku yang paling merasa sepi saat kau masuk ke dalam
bayang-bayang.Menghilang.

0 komentar:

Posting Komentar