Minggu, 27 Desember 2020

Silat Cimande, Warisan Leluhur Sunda yang Berjaya

 

Gerak kepal tangannya menembus udara di sekitar kami hingga berhembus. Tangan yang mengayun dengan kokoh, membentuk semacam pagar penghalang bagi siapapun yang mencoba menyentuh badannya. Otot-otot tangan mengeras, terasa seperti sebuah ancaman halus dari balik kulit. Di tempat ini, meskipun dingin mengerubungi, semangat saya tetap menyala menyaksikan warisan tak benda ini diperagakan. Kelid, begitu nama jurus ini, diperagakan oleh Uwa Dama dan Ki Didih. Saya bersorak melihat jurus ketiga dalam Silat Cimande ini dipraktekkan langsung dihadapan saya.

Setelah usai, kami berbincang sembari menikmati kopi panas. Kebul asap kopi naik, perlahan-lahan menghilang dilalap udara dingin.

“Cimande itu meskipun terlihat keras, sebenarnya tekniknya tidak untuk membunuh, hanya menegur” terang Uwa Dama.

“Kuda-kuda yang dipakaipun jalannya mundur, itulah filosofi yang orang Cimande pegang tara pasea raga ” tambah Ki DIdih.

Memang Cimande diajarkan untuk menegur, bukan membunuh apalagi memusnahkan. Ki Didih, salah satu guru besar Cimande, menambahkan bahwa dasar Cimande itu adalah Taleq atau sumpah yang diambil sebelum menjadi murid. Taleq didasari atas ajaran agama Islam, oleh karena itu Cimande ini kental sekali dengan unsur Islam, meskipun belajar silat ini tidak terbatas untuk kalangan tertentu. Ada 14 poin dalam taleq ini yang harus dipatuhi seluruh pesilat Cimande. Salah satunya adalah belajar cimande bukan untuk gagah-gagahan tapi untuk mencari keselamatan dunia akhirat.


Silat Cimande diakui merupakan bentuk silat tertua di Tanah Pasundan oleh aliran silat lainnya. Silat Cimande berasal dari Desa Cimande terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Suasana desanya asri, dihimpit antara dua gunung, Gede dan Salak, selalu dihembusi angin baik siang dan malam menjadikan suasana sejuk dikala siang dan dingin dikala malam menjelang. Ada 5 kampung yang membentuk desa ini yaitu Tarikolot, Nangor,  Babakan, Lemah Duhur, dan Kampung Baru.

Dalam beberapa versi asal usul silat ini, Abah Khaer merupakan tokoh yang berjasa menyebar luaskan aliran ini hingga menjadi terkenal. Berdasarkan versi Kampung Tarikolot, Silat Cimande merupakan keterampilan yang diajarkan serta diwariskan oleh leluhur-leluhur Cimande untuk menjadi pelajaran bagi anak cucu. Gerakannya terinspirasi dari gerakan tubuh sehari-hari sehingga silat ini lekat dalam kehidupan.

Ada tiga bentuk jurus yang diajarkan dalam Silat Cimande yaitu  Kelid Cimande, Pepedangan, dan  Tepak Selancar. Belajarnya pun tidak diawali dengan kuda-kuda berdiri, tetapi duduk terlebih dahulu. Hal ini mengandung makna bahwa manusia memulai sesuatu secara berangsur-angsur. Tiada berdiri tanpa duduk terlebih dahulu.

Ki Didih merupakan keturunan langsung dari sesepuh Cimande Tarikolot. Diajari oleh beliau merupakan berkah tersendiri bagi saya sebagai penggemar beladiri tradisional. Beberapa jurus dasar beliau ajarkan kepada saya. Kelihatan keras tangan beliau mulai menghantam tangan saya yang kurus. Sebentar saja tangan saya mulai terasa nyeri. Hasilnya langsung terlihat. Bengkak.

Setelah dirasa cukup, bukannya menyudahi latihan, beliau malah menambah porsi latihan dengan kecer tangan. Kata beliau tangan saya belum cukup terlatih, maka perlu ditambah lagi. Kecer tangan memang menjadi bagian dari tahapan latihan Silat Cimande, fungsinya adalah menggeser serat daging yang ada di tulang, hingga nantinya mengurangi rasa sakit ketika tangan menghantam tangan. Kecer tangan menggunakan media tebu yang sudah dipadarkan dalam sekam padi yang panas hingga air tebunya hilang dan menjadi lebih keras.

Tebu mulai diayunkan. Puk puk puk, suara tebu bertemu dengan tangan saya. Tangan menjadi memerah, lama-lama terlihat membiru. Rasanya nyeri seperti terantuk meja sekolah.

Peurih kudu jadi peurah” ucap Ki Didih kepada saya. Dan memang belajar silat inilah tujuan saya datang kemari.

Hari-hari selanjutnya ketika tangan saya sudah terlihat seperti raksasa, barulah tangan saya mulai diurut Ki Didih.

“Orang tua kita dahulu mewariskan ilmu tidak tanggung-tanggung, kita juga diajarkan untuk mengurut sebagai bagian dari latihan Silat Cimande” papar Ki Didih dihadapan saya. Nyut-nyutan rasanya ketika balur penca diusapkan ke tangan. Balur Penca dibuat khusus oleh guru-guru yang mempunyai silsilah, tidak sembarangan orang bisa membuat minyak ini.

Sembari memperhatikan, saya juga diajari cara mengurut tangan saya yang bengkak. Cimande bukan cuma diajarkan “merusak” tapi juga diajarkan cara memperbaikinya.

Saung Penca tempat Ki Didih melatih, tidak pernah sepi dari orang-orang yang datang berkunjung, entah untung belajar silat, silaturahmi, atau bahkan urut. Bahkan orang-orang dari luar negeri yang penasaran dengan Silat Cimande langsung datang belajar kesini. Inilah  mungkin sebagian keberkahan ilmu sesepuh Cimande yang hingga kini dirasakan, sesepuh Cimande tidak pernah kemana-mana tapi Cimande terkenal dimana mana.

Pesilat Cimande cilik mempraktikkan jurusnya

Ki Didih mengajari anak-anak Silat Cimande

Bersama Ki Didih

Latihan rutin setiap malam minggu


*Tulisan ini pernah dimuat di telusuri.id


1 komentar: