Senin, 11 Desember 2017

Lost in Baluran, A Little Africa in Java (Part 1 of Backpackeran Baluran-Lombok)

    Musim panas merupakan musim yang tepat melakukan perjalanan panjang, selain cuaca sedang bagus, kesempatan liburan lebih panjang menjadikan agenda yang kami rencanakan menjadi lebih fleksibel. Aku, Ojan, dan Jordi mentargetkan saat itu bisa menempuh Jawa Timur sampai Pulau Komodo sebagai destinasi akhir perjalanan kami. Tiket kereta pun sudah dipesan jauh-jauh hari untuk mendapatkan harga yang lebih murah. Tanggal 25 Juli kami berangkat menuju Surabaya. Kami sempat ketinggalan jadwal kereta yang kami pesan dan akhirnya kami membeli tiket yang baru agar rencana yang sudah disusun tidak berantakan. Kereta berangkat pukul tiga sore dan baru sampai sekitar pukul dua pagi.
Baluran, A Little Africa in Java
    Tujuan kami yang pertama adalah Taman Nasional Baluran. Taman Nasional yang terletak di kabupaten Situbondo ini merupakan sebuah taman nasional dengan bentang alam savana, pantai-pantai, evergreen forest, dengan latar belakang Gunung Baluran. Banteng-banteng serta kawanan rusa yang terdapat di taman nasional ini semakin menegaskan  kawasan ini sebagai africa van java. Menempuh Situbondo melalui jalur darat lumayan memakan tenaga dan menyita waktu. Kami berkali-kali turun dan berganti bis. Bau apek serta keringat bercampur menjadi satu dalam bis yang menggunakan ac alami. Inilah seni berjalan jauh dengan moda transportasi umum; sesak namun hemat biaya.
     Kami terpesona dengan pemandangan yang disajikan sepanjang perjalanan. Mulai dari Gunung Semeru yang menjulang gagah, kebisingan kota Probolinggo, serta pasar-pasar sepanjang Situbondo membuat kami tidak bisa tidur. Menjelang sore, kami pun tiba di pintu gerbang Taman Nasional Baluran. Kami masuk dan bertanya kepada penjaga loket. Ternyata waktu kunjungan sudah hampir usai. Kami diperbolehkan menginap di sekitaran Pantai Kajang. Sewaktu kami ingin mendirikan tenda, kami ditawari oleh Pak Ahmad, salah seorang penjaga TN Baluran untuk menginap di pos penjaga. Tentu saja tawaran tersebut langsung kami iyakan. Menginap di pos penjaga sembari berbincang-bincang dengan Pak Ahmad merupakan pengalaman yang asyik. Pak Ahmad bercerita bagaimana kesejahteraan pegawai yang sudah lama mengabdi belum diperhatikan, bagaimana penduduk sekitar masih belum mengerti pentingnya konservasi. Kami mendengarkan dengan seksama sembari meminum kopi Jambi sisa KKL kemaren.
    Kami bangun pagi-pagi sekali untuk melihat matahari terbit di Selat Bali. Kami berpamitan kepada Pak Ahmad sekaligus memulai perjalanan masuk ke TN Baluran. Kami memutuskan berjalan kaki daripada menyewa motor, hitung-hitung penghematan buat kedepan. Menyusuri setapak demi setapak tanah Baluran mengundang pertanyaan, dimanakah banteng-banteng dan rusa-rusa berkeliaran? Kami hanya sesekali melihat monyet dan ayam hutan. Jarak yang ditempuh untuk sampai Savana Bekol adalah 10 Km! Kami berjalan diantara pohon-pohon rindang di evergreen forest, hutan yang selalu hijau, entah di musim kemarau maupun hujan. Memakan waktu sekitar tiga jam, akhirnya sampailah kami di Savana Bekol. Suasana disana benar-benar seperti Afrika (padahal belum pernah ke Afrika :p). Aku, Ojan, dan Jordi tidak sabar untuk segera merebahkan tubuh ke tanah. Aku tidak keberatan dengan sengatan matahari yang membakar kulit, toh ini Baluran dan bakal jarang-jarang main ke sini.
Bersama Pak Ahmad, Ranger Baluran
Welcome to Bekol Savana!

    Kami istirahat di warung yang ada di Savana Bekol. Selain terdapat warung, Savana Bekol juga terdapat wisma yang diperuntukkan bagi para pengunjung. Aku sangat menikmati disini. Latar belakang Gunung Baluran menjadi objek yang seringku foto. Kumpulan banteng yang tadi tidak kelihatan sekarang tampak di kubangan lumpur. Kami menaiki gardu pandang untuk melihat Savana Bekol dari atas dan sungguh menakjubkan! Kami meneruskan perjalanan ke Pantai Bama, lima kilometer sebelah timur Savana Bekol. Pantai Bama merupakan pantai yang temasuk dalam kawasan Tn Baluran selain Pantai Bilik Sejile. Rute dari Savana Bekol menuju Pantai Bama sangat asyik dinikmati dengan berjalan kaki. Kawanan rusa yang beristirahat, monyet-monyet yang lalu lalang seakan-akan menyambut kedatangan kami. Pantai Bama juga terdapat dermaga hutan mangrove. Bali dapat dilihat dari kejauhan disini.. Kami tertawa melihat tingkah laku monyet yangmengitari kami. Tetap jaga barang bawaan guys! Beberapa monyet memang berani mengambil barang-barang milik pengunjung, Bukuku sempat diambil oleh monyet nakal yang mengira kami membawa makanan. Kami bahkan sempat tertidur sembari menunggu agak sorean untuk kembali pulang.
Kece banget nih hehehe

Rusa Baluran!


    Matahari sudah mulai turun dari peraduannya, menandakan kami harus melanjutkan perjalanan ke titik berikutnya, TN Bali Barat. Kami berjalan pulang hingga setengah perjalanan awal dan selanjutnya kami menumpang mobil bak penjaga Baluran menuju pintu gerbang. Jarak tempuh yang kami lalui dengan berjalan kaki hampir 25 Km. Kami sangat senang hari ini, menghabiskan waktu seharian yang tidaklah dirasa cukup untuk menyusuri TN Baluran. Semoga kami dapat merasakan lagi debar perjalanan ini di lain waktu.
Good bye Baluran! Sampai jumpa kapan-kapan!

1 komentar: