Senin, 11 Juni 2018

Papandayan, Si Geulis dari Garut

Bagi anda yang menganggap hikin sebagai kegiatan yang menguras tenaga, buanglah jauh-jauh pikiran tersebut! Sekarang pendakian gunung bukanlah hal yang ekstrim mengingat beberapa gunung sudah dikelola secara profesional dan jalur yang jelas. Apabila anda ingin merasakan hiking sekaligus tamasya dalam satu paket, Gunung Papandayan merupakan gunung yang cocok untuk anda!
Skuad Arkeologi UI 2015(minus banyak)

Gunung yang terletak di Kabupaten Garut, tepatnya di Desa Sirnajaya dan Keramatwangi merupakan gunung berapi jenis sratovolcano dengan titik tertingginya 2665 mdpl. Gunung ini mempunyai jalur pendakian yang cocok untuk segala usia, mengingat medan yang ditempuh banyak yang landai serta ketersediaan warung-warung serta kamar mandi, mengingat kawasan ini sudah dikelola oleh pihak swata yang berimbas pada tiket masuk yang menjadi mahal.

Pendakian pertama akan diawali dari area parkir yang langsung mengantarkan menuju gerbang pendakian. Area parkir yang luas mempunyai sebuah gardu pandang yang dibangun cukup masif untuk menampung banyak pengunjung. Rute pertama pendakian akan melewati kawah yang berkontur cukup landai dengan jalur yang banyak bebatuan. Sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan kawah belerang yang berbau menyengat dan tebing-tebing kars yang menjulang tinggi. Sebaiknya anda bersedia masker untuk jaga-jaga apabila anda tidak tahan bau menyengat belerang. Pemandangan disini sangat oke untuk berfoto ria.

Penampakan Kawah Papandayan

Setelah melewati kawah anda akan menemukan warung yang menjadi penanda adanya jalan bercabang; menuju Pondok Saladah atau menuju Hutan Mati. Aku waktu itu memilih langsung menuju Hutan Mati untuk langsung ke Tegal Alun karena dirasa waktu yang masih panjang. Hutan Mati menjadi spot andalan Gunung Papandayan untuk hunting foto. Disebut hutan mati karena pada awalnya disini adalah hutan yang lebat karena adanya aktivitas vulkanik yang menyebabkan matinya pohon-pohon tersebut. 
Hutan Mati Papandayan, Salah Satu Spot Terindah

Aku dan teman-teman segera menuju Tegal Alun setelah dari hutan mati karena pertimbangan; waktu yang masih panjang dan tenaga yang masih banyak. Trek menuju Tegal Alun full tanjakan, meski tidak terjal tetapi cukup menguras tenaga. Sesampainya di Tegal Alun, tuntas sudah lelah kami naik. Btw, Tegal Alun merupakan sebuah padang luas yang berisi Edelweiss. Disini kita dilarang ngecamp karena merupakan perlintasan hewan buas. Sayangnya, Edelweissnya saat itu belum berbunga, akhirnya kami menghabiskan siang bercanda serta rebahan disana. Ini juga merupakan titik tertinggi Papandayan yang bisa kita capai.
Selamat Datang di Tegal Alun!

Karena waktu yang hampir sore kami melanjutkan perjalanan ke bawah lagi menuju Pondok Saladah. Pondok Saladah ini merupakan kawasan berkemah yang ada di Papandayan. Pondok Saladah dilengkapi warung-warung yang berjejer serta kamar mandi hingga WC yang berlimpah. Jangan khawatir kehabisan makanan ataupun air, disini ketersediaan air berlimpah ruah hingga warung yang menjual makanan murah. Kalian bisa mendapatkan cuangki, gorengan, maupun minuman panas.
Kebanyakan pengunjung yang camping disini adalah keluarga, bahkan ada seorang anak kecil yang sudah dibawa ibunya camping, sisanya adalah anak-anak muda. Cuaca mulai hujan saat sore hari. Malam harinya disini menunjukkan suhu 7 derajat celcius, tidak terlalu dingin untuk ukuran Papandayan yang habis dilanda hujan.

Pagi harinya kami tidak menuju Tegal Alun seperti yang orang-orang lakukan, kami hanya bermalas malasan di tenda. Sembari menunggu matahari terbit, kami berjalan-jalan di sekitar Pondok Saladah. Kami menemukan tugu peringatan kecil atas meninggalnya seorang pendaki dikarenakan sakit. Setelah sarapan pagi, kami bersiap untuk turun kembali ke bawah untuk menuntaskan perjalanan kami.
End of Journey

Papandayan memang menawan; eksotisme hutan mati, padang edelweiss, kawah. Tak terkecuali pengelolaannya, harga yang mahal membuat kawasan wisata ini cukup mencekik kalangan berbujet bawah tergantung sepertiku meskipun mendapat layanan yang setimpal. Tak apalah kawasan alam digunakan untuk kepentingan bisnis tetapi ingat harus ada batasan-batasan agar pembangunan yang dilakukan tidak melebihi batas wilayah konservasi. Semakin bagus kalau ada pembatasan pengunjung. Salam lestari!




0 komentar:

Posting Komentar