Rabu, 10 Oktober 2018

Annapurna Basecamp Diary

Nepal, negara yang terkenal karena tiga hal; pegunungan, kuil, serta murah. Tiga hal tersebut cukup mendeskripsikan Nepal secara singkat. Beberapa orang menyukai Nepal karena traveling disana sangat bersahabat dengan kantong. Sedangkan sebagian lainnya tentu saja pengen mendaki gunungnya. Pegunungan di Nepal ibarat Makkahnya orang pendaki, sekali saja tidak cukup untuk mengunjunginya, rasanya ada yang tidak tuntas. Tingkat kesulitan gunung-gunung di Nepal sangat bervariasi, mulai untuk pendaki pemula sampai yang ahli semua tersedia lengkap. Untuk area konservasi saja Nepal punya empat yaitu Annapurna Conservation Area, Manaslu Conservation Area, Kanchenjunga Conservation Area, dan Blakbuck Conservation Area. Untuk gunung tentu saja ada Everest, Manaslu, Annapurna Sanctuary, Kala Patthar, dan masih banyak lagi.

You See That?

Pada 5-9 Agustus 2018 aku berkesempatan menjajal Annapurna Basecamp, salah satu trek pendakian yang sudah melegenda seantero dunia. Annapurna Basecamp merupakan trek yang berada didalam Annapurna Conservation Area. Annapurna Conservation Area sendiri didalamnya terdapat banyak trek pendakian diantaranya Ghandruk Trek, ABC Trek, Mardi Himal Trek, Annapurna Circuit trek. Luasnya sendiri mencakup 7,629 km2 dan merupakan rumah bagi lebih dari 100,000 penduduk dari berbagai macam budaya dan habitat bagi 1233 tanaman, 105 mamalia, 492 burung, 40 reptil, 347 kupu-kupu, 20 ikan, serta 23 amfibi. Lebih dari 60% tujuan para pendaki yang datang ke Nepal adalah ACAP( Annapurna Conservation Area Project) sehingga tidak mengherankan trek ini menjadi salah satu wisata andalan di Nepal.
Peta Annapurna Conservation Area dan Surat Izin Pendakian

Aku bersama mas Ivan berangkat menuju Nayapul dari Pokhara, kota besar terdekat dengan trek pendakian. Sebelumnya kami menginap sehari di tempat teman kami, Ashiq yang merupakan orang Kashmir yang tinggal di Nepal. Sepanjang perjalanan menuju Nayapul, kami disuguhkan pemandangan sungai besar serta perbukitan. Keadaan jalan yang kurang baik tidak menghilangkan kesan dalam perjalanan ini, justru menghidupkan keadaan Nepal yang tidak didapat di negara lain; bis-bis besar dengan klakson nyaring yang saling salip.     
Sepanjang Perjalanan Menuju Nayapul

Nayapul merupakan titik awal pendakian trek ABC maupun Poon Hill. Registrasi pendakian dilakukan sehari sebelumnya dan akan mendapatkan dua surat yaitu surat izin pendakian dan surat izin memasuki kawasan konservasi. Kedua surat ini dapat diperoleh di Kathmandu maupun Pokhara, biayanya kalau mengurus di Kathmandu adalah 4000 NPR sedangkan kalau mengurus di Pokhara ditambah biaya administrasi sebesar 200 NPR. Saranku lebih baik menaiki jeep dari Nayapul ke Siwai. Selain menghemat waktu juga menghemat biaya sehari untuk makan dan tidur. Kami menaiki jeep menuju Siwai dengan harga 1500 NPR, seandainya lebih banyak orang akan lebih murah tetapi karena kami naik bukan pada musim pendakian maka sangat sedikit yang mau ke atas.  Alternatif lain sebenarnya ada bis menuju Siwai, biayanya lebih murah tetapi perlu kesabaran menunggunya :D

Tujuan kami adalah Chhomrong, desa yang berada di ketinggian 2173 mdpl. Perjalanan memakan waktu 7 jam lamanya. Sepanjang perjalanan kalian akan menemui pemandangan yang mirip dengan ada di Indonesia, hutan hujan dengan air terjun disana sini. Kami melewati rute Jhinu New Bridge, jembatan terpanjang yang baru selesai dibangun. Melewati jembatan ini serasa melewati jembatan sirhatal mustaqim; lurus, bergoyang, tinggi. Jalur ini lebih singkat daripada melewati desa Ghandruk.
Sesampainya di Chhomrong kami beristirahat di salah satu pondokan yang menyewakan kamar seharga 200 NPR. Buat informasi, pendakian di Annapurna disarankan tidak membawa tenda, selain menambah berat bawaan juga harga sewa lahan buat tenda jauh lebih mahal daripada menginap di penginapan. Cuaca saat itu sedang hujan deras, kami memutuskan untuk istirahat lebih awal. Hari pertama pendakian memang memakan banyak tenaga. Trek yang dilewati berupa tanah dan sesekali anak tangga membuat stamina menjadi sangat terkuras. Untuk makan malam kami mencoba momo, makanan khas nepal dengan isian keju yak, sangat enak! Juga dal bhat sepiring berdua(1 porsi Nepal = 2 porsi Indonesia.
Jembatan New Jhinu

Keesokan harinya, pukul tujuh pagi kami sudah bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Pagi itu masih gerimis diselingi angin sepoi menemani perjalanan. Rute hari ini adalah Chhomrong-Deurali dengan perkiraan durasi 9 jam perjalanan.   Awan hitam rupanya tak lagi bisa dibendung langit, menumpahkan air ke permukaan bumi. Aku kedinginan sepanjang perjalanan. Aku terpaut jauh berjalan dengan Mas Ivan sehingga melewati desa Sinuwa, Bamboo, Dovan hanya sendiri. Namun saat menuju dovan aku menemukan teman seperjalanan, Sam, berumur sekitar 50an dari Korea. Dia menawarkanku cemilan khas korea berupa daging tipis mirip lembaran permen karet dan lembaran daging ikan. Sesampainya di Deurali, aku yang sampai lebih dahulu berjalan-jalan disekitar. Deurali sangat indah, diapit dua bukit tinggi dengan air terjun yang mengalir tanpa henti. Sungguh ketenangan yang luar biasa kudapatkan disini. Suhu udara perlahan lahan mulai turun merasuki nadi-nadi yang membuat kuduk berdiri. Harga penginapan disini sama dengan dibawah hanya 200 NPR. Namun listrik disini mulai dibatasi karena menggunakan panel surya sebagai tenaga sehingga perlu penghematan. Malam dengan awan mendungnya menutup hari kami dengan tenang.
Penampakan Lapisan Pegunungan dari Chhomrong
Wonderful Scenery!

Hari ini rencana adalah langsung menuju ABC sebagai titik akhir pendakian. Aku, Mas Ivan, dan Sam melanjutkan perjalanan bersama. Rute terdekat sebelum ABC adalah MBC (Machapuchare Basecamp) yang dapat ditempuh selama dua jam. Kalau kalian pernah melewai rute Torean di Rinjani, maka trek yang dilalui sepanjang Deurali- MBC akan kurang lebih sama. Puncak Machapuchare kadang-kadang muncul dibalik awan, tetapi lebih banyak menutupi dirinya. Kami sebentar-sebentar berhenti hanya untuk melihat penampakan puncaknya yang runcing. Kami juga ditemani oleh anjing-anjing liar himalaya yang sangat jinak. MBC menuju ABC, sebatas perjalanan dua jam. Saat itu benar-benar berkabut sehingga rasanya perjalanan menjadi jauh lebih lama. Kalau kalian ke ABC saat bulan Desember/Januari kalian akan menemukan salju disini. Akhirnya, sampailah kami di ABC. Baju kami yang kebasahan disambut udara dingin. Kami segera memesan kamar dan berganti baju. Sore hari di beranda ABC sangat menyenangkan. Berkenalan dengan teman-teman yang berasal dari berbagai penjuru dunia, berbagi cerita, sampai berbagi makanan. Sore itu perlahan-lahan awan tebal mulai terbuka menampakkan keindahan puncak Mahapuchare. Malamnya kami tidak bisa tidur nyenyak. Rupanya semua orang yang baru pertama kali berada di ketinggian 4000 mdpl akan mengalami AMS (Altitude Mountain Sickness). Gejalanya berupa pusing, lemas, dehidrasi. Kami semua merasakan dehidrasi saat tidur, kerongkongan terasa sangat kering tiap 30 menit. Untungy Sam sudah membeli teh lemon setermos dan obat AMS, tetap saja tidur tidak nyenyak di ketinggian segitu. Matahari menjadi sangat kami nantikan.
Pagi datang tiba-tiba namun awan mendung tidak juga beranjak menghilang menutupi pemandangan Annapurna I. Kami sampai hampir merelakan pemandangan yang kami idma-idamkan. Tuhan  berkata lain, tiba-tiba saja awan tersingkap dan mulai menampakkan pegunungan Annapurna. Kami takjub seakan tidak percaya karena hampir saja turun lebih awal. Suara avalanche seakan menjadi backsound, terdengar seperti dentuman keras. Annapurna yang awalnya seperti enggan muncul, sekarang benar-benar terlihat sempurna wujudnya. Benar-benar kuasa tuhan yang indah.
Annapurna Basecamp 
Annapurna I
Enjoy A Cup of Coffe

Setelah puas melihat, sebelum kami turun, awan-awan mulai menutupi keindahan Annapurna lagi. Saatnya benar-benar berpisah. Kami langsung tancap gas menuju Chhomrong. Perjalanan ditempuh selama 10 jam. Hujan deras menemani kami sepanjang perjalanan. Tiada kata berhenti karena hujan. Keesokan harinya dari Chhomrong kami menuju Sinuwa dan naik bis kembali ke Pokhara.
Begitulah sekelumit cerita dari aku dan kumpulan orang-orang yang berani bermimpi. Ibarat orang yang berhaji, kami tuntas meskipun rukunnya bolong-bolong. Aku berniat kembali lagi suatu saat mencari waktu yang bagus. Agar sekiranya pertemuan dengan Annapurna benar-benar seutuhnya bertemu tanpa ada halangan awan yang berarak.
                                                                                                                                            

0 komentar:

Posting Komentar