Nepal,
negara yang terkenal karena tiga hal; pegunungan, kuil, serta murah. Tiga hal
tersebut cukup mendeskripsikan Nepal secara singkat. Beberapa orang menyukai
Nepal karena traveling disana sangat bersahabat dengan kantong. Sedangkan
sebagian lainnya tentu saja pengen mendaki gunungnya. Pegunungan di Nepal
ibarat Makkahnya orang pendaki, sekali saja tidak cukup untuk mengunjunginya,
rasanya ada yang tidak tuntas. Tingkat kesulitan gunung-gunung di Nepal sangat
bervariasi, mulai untuk pendaki pemula sampai yang ahli semua tersedia lengkap.
Untuk area konservasi saja Nepal punya empat yaitu Annapurna Conservation Area,
Manaslu Conservation Area, Kanchenjunga Conservation Area, dan Blakbuck
Conservation Area. Untuk gunung tentu saja ada Everest, Manaslu, Annapurna
Sanctuary, Kala Patthar, dan masih banyak lagi.
You See That? |
Pada
5-9 Agustus 2018 aku berkesempatan menjajal Annapurna Basecamp, salah satu trek
pendakian yang sudah melegenda seantero dunia. Annapurna Basecamp merupakan
trek yang berada didalam Annapurna Conservation Area. Annapurna Conservation
Area sendiri didalamnya terdapat banyak trek pendakian diantaranya Ghandruk
Trek, ABC Trek, Mardi Himal Trek, Annapurna Circuit trek. Luasnya sendiri
mencakup 7,629 km2 dan merupakan rumah bagi lebih dari 100,000
penduduk dari berbagai macam budaya dan habitat bagi 1233 tanaman, 105 mamalia,
492 burung, 40 reptil, 347 kupu-kupu, 20 ikan, serta 23 amfibi. Lebih dari 60%
tujuan para pendaki yang datang ke Nepal adalah ACAP( Annapurna Conservation
Area Project) sehingga tidak mengherankan trek ini menjadi salah satu wisata
andalan di Nepal.
Peta Annapurna Conservation Area dan Surat Izin Pendakian |
Aku
bersama mas Ivan berangkat menuju Nayapul dari Pokhara, kota besar terdekat
dengan trek pendakian. Sebelumnya kami menginap sehari di tempat teman kami,
Ashiq yang merupakan orang Kashmir yang tinggal di Nepal. Sepanjang perjalanan
menuju Nayapul, kami disuguhkan pemandangan sungai besar serta perbukitan.
Keadaan jalan yang kurang baik tidak menghilangkan kesan dalam perjalanan ini,
justru menghidupkan keadaan Nepal yang tidak didapat di negara lain; bis-bis
besar dengan klakson nyaring yang saling salip.
Sepanjang Perjalanan Menuju Nayapul |
Nayapul
merupakan titik awal pendakian trek ABC maupun Poon Hill. Registrasi pendakian
dilakukan sehari sebelumnya dan akan mendapatkan dua surat yaitu surat izin
pendakian dan surat izin memasuki kawasan konservasi. Kedua surat ini dapat
diperoleh di Kathmandu maupun Pokhara, biayanya kalau mengurus di Kathmandu
adalah 4000 NPR sedangkan kalau mengurus di Pokhara ditambah biaya administrasi
sebesar 200 NPR. Saranku
lebih baik menaiki jeep dari Nayapul ke Siwai. Selain menghemat waktu juga
menghemat biaya sehari untuk makan dan tidur. Kami menaiki jeep menuju Siwai
dengan harga 1500 NPR, seandainya lebih banyak orang akan lebih murah tetapi
karena kami naik bukan pada musim pendakian maka sangat sedikit yang mau ke
atas. Alternatif lain sebenarnya ada bis
menuju Siwai, biayanya lebih murah tetapi perlu kesabaran menunggunya :D
Tujuan
kami adalah Chhomrong, desa yang berada di ketinggian 2173 mdpl. Perjalanan
memakan waktu 7 jam lamanya. Sepanjang perjalanan kalian akan menemui
pemandangan yang mirip dengan ada di Indonesia, hutan hujan dengan air terjun
disana sini. Kami melewati rute Jhinu New Bridge, jembatan terpanjang yang baru
selesai dibangun. Melewati jembatan ini serasa melewati jembatan sirhatal
mustaqim; lurus, bergoyang, tinggi. Jalur ini lebih singkat daripada melewati
desa Ghandruk.
Sesampainya
di Chhomrong kami beristirahat di salah satu pondokan yang menyewakan kamar
seharga 200 NPR. Buat informasi, pendakian di Annapurna disarankan tidak
membawa tenda, selain menambah berat bawaan juga harga sewa lahan buat tenda
jauh lebih mahal daripada menginap di penginapan. Cuaca saat itu sedang hujan
deras, kami memutuskan untuk istirahat lebih awal. Hari pertama pendakian
memang memakan banyak tenaga. Trek yang dilewati berupa tanah dan sesekali anak
tangga membuat stamina menjadi sangat terkuras. Untuk makan malam kami mencoba
momo, makanan khas nepal dengan isian keju yak, sangat enak! Juga dal bhat
sepiring berdua(1 porsi Nepal = 2 porsi Indonesia.
Jembatan New Jhinu |
Keesokan
harinya, pukul tujuh pagi kami sudah bersiap-siap melanjutkan perjalanan. Pagi
itu masih gerimis diselingi angin sepoi menemani perjalanan. Rute hari ini
adalah Chhomrong-Deurali dengan perkiraan durasi 9 jam perjalanan. Awan hitam rupanya tak lagi bisa dibendung
langit, menumpahkan air ke permukaan bumi. Aku kedinginan sepanjang perjalanan.
Aku terpaut jauh berjalan dengan Mas Ivan sehingga melewati desa Sinuwa,
Bamboo, Dovan hanya sendiri. Namun saat menuju dovan aku menemukan teman
seperjalanan, Sam, berumur sekitar 50an dari Korea. Dia menawarkanku cemilan
khas korea berupa daging tipis mirip lembaran permen karet dan lembaran daging
ikan. Sesampainya di Deurali, aku yang sampai lebih dahulu berjalan-jalan
disekitar. Deurali sangat indah, diapit dua bukit tinggi dengan air terjun yang
mengalir tanpa henti. Sungguh ketenangan yang luar biasa kudapatkan disini.
Suhu udara perlahan lahan mulai turun merasuki nadi-nadi yang membuat kuduk
berdiri. Harga penginapan disini sama dengan dibawah hanya 200 NPR. Namun
listrik disini mulai dibatasi karena menggunakan panel surya sebagai tenaga
sehingga perlu penghematan. Malam dengan awan mendungnya menutup hari kami
dengan tenang.
Penampakan Lapisan Pegunungan dari Chhomrong |
Wonderful Scenery! |
Hari
ini rencana adalah langsung menuju ABC sebagai titik akhir pendakian. Aku, Mas
Ivan, dan Sam melanjutkan perjalanan bersama. Rute terdekat sebelum ABC adalah
MBC (Machapuchare Basecamp) yang dapat ditempuh selama dua jam. Kalau kalian
pernah melewai rute Torean di Rinjani, maka trek yang dilalui sepanjang
Deurali- MBC akan kurang lebih sama. Puncak Machapuchare kadang-kadang muncul
dibalik awan, tetapi lebih banyak menutupi dirinya. Kami sebentar-sebentar
berhenti hanya untuk melihat penampakan puncaknya yang runcing. Kami juga
ditemani oleh anjing-anjing liar himalaya yang sangat jinak. MBC menuju ABC,
sebatas perjalanan dua jam. Saat itu benar-benar berkabut sehingga rasanya
perjalanan menjadi jauh lebih lama. Kalau kalian ke ABC saat bulan
Desember/Januari kalian akan menemukan salju disini. Akhirnya, sampailah kami
di ABC. Baju kami yang kebasahan disambut udara dingin. Kami segera memesan
kamar dan berganti baju. Sore hari di beranda ABC sangat menyenangkan.
Berkenalan dengan teman-teman yang berasal dari berbagai penjuru dunia, berbagi
cerita, sampai berbagi makanan. Sore itu perlahan-lahan awan tebal mulai
terbuka menampakkan keindahan puncak Mahapuchare. Malamnya kami tidak bisa
tidur nyenyak. Rupanya semua orang yang baru pertama kali berada di ketinggian
4000 mdpl akan mengalami AMS (Altitude Mountain Sickness). Gejalanya berupa
pusing, lemas, dehidrasi. Kami semua merasakan dehidrasi saat tidur,
kerongkongan terasa sangat kering tiap 30 menit. Untungy Sam sudah membeli teh
lemon setermos dan obat AMS, tetap saja tidur tidak nyenyak di ketinggian
segitu. Matahari menjadi sangat kami nantikan.
Pagi
datang tiba-tiba namun awan mendung tidak juga beranjak menghilang menutupi
pemandangan Annapurna I. Kami sampai hampir merelakan pemandangan yang kami
idma-idamkan. Tuhan berkata lain, tiba-tiba
saja awan tersingkap dan mulai menampakkan pegunungan Annapurna. Kami takjub
seakan tidak percaya karena hampir saja turun lebih awal. Suara avalanche
seakan menjadi backsound, terdengar seperti dentuman keras. Annapurna yang
awalnya seperti enggan muncul, sekarang benar-benar terlihat sempurna wujudnya.
Benar-benar kuasa tuhan yang indah.
Annapurna Basecamp |
Annapurna I |
Enjoy A Cup of Coffe |
Setelah
puas melihat, sebelum kami turun, awan-awan mulai menutupi keindahan Annapurna
lagi. Saatnya benar-benar berpisah. Kami langsung tancap gas menuju Chhomrong.
Perjalanan ditempuh selama 10 jam. Hujan deras menemani kami sepanjang
perjalanan. Tiada kata berhenti karena hujan. Keesokan harinya dari Chhomrong
kami menuju Sinuwa dan naik bis kembali ke Pokhara.
Begitulah
sekelumit cerita dari aku dan kumpulan orang-orang yang berani bermimpi. Ibarat
orang yang berhaji, kami tuntas meskipun rukunnya bolong-bolong. Aku berniat
kembali lagi suatu saat mencari waktu yang bagus. Agar sekiranya pertemuan
dengan Annapurna benar-benar seutuhnya bertemu tanpa ada halangan awan yang
berarak.
0 komentar:
Posting Komentar