Sabtu, 30 November 2019

Mencari Komodo di Rumahnya (Overland Backpacker: Jawa, Bali, NTT)

           
komodo
Jelajah Dimulai!
      Pagi-pagi sekali rombongan kami dan rombongan lainnya sudah bersiap di pelabuhan. Hari itu tampak padat sekali kapal-kapal yang merapat di pelabuhan, maklum peak season biasa menjadi primadona bagi turis asing maupun lokal. Kami menaiki boat kayu yang nampak cukup rapuh untuk menerjang lautan. Ada tiga kru kapal yang siap menemani kita sepanjang jalan. FYI, 370 itu belum termasuk tiket masuk P.Komodo yang biasa ditarik oleh kru kapal. Bule-bule sedikit agak protes karena mereka merasa dimonetisasi berlebihan, memang pengelolaan taman nasional ini belum sepenuhnya sempurna sehingga harga-harga bisa naik semau kru kapal. Kapal melaju kencang menembus ombak dan melewati gugusan pulau-pulau kecil. Sesekali ombak besar dengan angin kencang menerpa kapal sehingga kapal oleng dan air masuk ke dalam kapal. Menikmati matahari pagi tidak ada rasanya senikmat pagi ini. Di kapal ini aku berkenalan dengan seorang bapak yang bernama Ian. Ian berasal dari Inggris yang kebetulan berlibur sekaligus  ingin menemui anaknya yang berada di Bali. Ian sangat ramah dan kami saling bertukar cerita satu sama lain.
Labuan Bajo
Aye Captain!
Jalan-Jalan Ke Pulau Komodo
Cekrek Dulu Bareng Ian

            Destinasi pertama adalah Pulau Padar. Pasti tau kan Pulau Padar? Itu lho pulau yang sering jadi background orang-orang di Instagram kalau foto-foto. Pastinya pulau ini sangat ikonik di kawasan TNK. Untuk mencapai titik tertinggi di pulau, sekarang sudah disediakan tangga menuju puncak yang memakan waktu sekitar 15 menit. Dari atas pulau ini, Pulau Rinca dan Pulau Komodo terlihat sangat jelas. Pulau ini seakan memiliki dua laut yang berbeda karena bentuk pulau yang melengkung dari sisi timur dan sisi barat. Menurut informasi dulunya disini juga terdapat komodo, entahlah saat saya ke sana tidak terlihat satupun komodo berkeliaran.
Pulau Padar
Travel ke pulau padar

          Selanjutnya kami berpindah ke Pantai Pink. Pantai Pink merupakan spot snorkling terfavorit di kawasan TNK selain Manta Point. Penamaan pantai pink bukan tanpa sebab.pantai tersebut merupakan habitat terumbu karang homotrema rubrum yang memiliki warna pink. Saat mati, terumbu akan terpinggirkan kearah pantai hingga jadilah pasir pantai berwarna pink. Ian beserta rombongan bule lainnya sangat menikmati berjemur di Pantai Pink. Aku mencoba snorkling pertama kalinya, susah! Selalu kemasukan air di lubang pernafasan. Melati enggan untuk mencoba, menurut dia berenang saja susahnya minta ampun apalagi snorkling.
pantai pink
Homotrema Rubrum
          Selanjutnya inilah yang ditunggu-tunggu, melihat komodo di habitat aslinya. Pulau Komodo merupakan habitat utama komodo yang ada di TNK. Di P.Komodo juga terdapat perkampungan warga yang hidup berdampingan dengan komodo. Mata pencaharian warga kebanyakan bekerja sebagai nelayan, namun ada juga yang menjadi pengrajin maupun ranger TNK. Rombongan kami diajak berkeliling pulau melalui trek pendek yang sudah direncanakan sayang kami hanya mendapati dua komodo tua yang beristirahat di dekat pondokkan, selebihnya komodo tidak telihat. Beberapa bule kecewa karena mereka mengira dapat melihat komodo yang banyak secara langsung di habitatnya. Pemandu TNK pun ikut menenangkan para turis yang kecewa tapi tidak bisa berbuat banyak.
komodo
Komodonya Mageran

patung komodo
Ini Komodo Yang Bisa Dibawa Balik

          Destinasi selanjutnya adalah Manta Point. Dikarenakan gelombang tinggi yang tidak memungkinkan kapal untuk menuju kesana akhirnya jadwal kami diganti dengan snorkling lagi di gugusan pulau kecil yang tidak diketahui namanya. Ombaknya disini lebih besar daripada Pantai Pink dan lebih ramai. Pasirnya pun juga berwarna pink, Kulihat Ian dan rombongan lainnya sangat menikmati debur ombak pantai ini. Kucoba untuk berenang agak ke tengah dan menyelam, ternyata dasarnya sangat dalam, kira-kira 4 meter.

         Selepas dari situ, matahari sudah beranjak dari peraduannya, memendarkan cahaya kekuningan yang menyilaukan mata. Senja di laut memang memanjakan. Kapal-kapal wisata mulai menuju ke timur beriringan dengan kapal-kapal nelayan yang pulang melaut. Kapal pinisi yang menjadi hotel terapung tidak ketinggalan memberikan suasana senja yang damai. Hari itu lunas sudah tujuan kami di Labuan Bajo. Selanjutnya kami merencanakan untuk menginap semalam di rumah teman dan melanjutkan petualangan ke Bima.

x

0 komentar:

Posting Komentar