Backpacker
kalau dilihat dari sudut pandang manapun tetaplah dilihat sebagai pejalan kere,
lusuh, dan modal dengkul. Dibalik semua itu backpacker menyimpan beberapa unsur
seni kehidupan yang niscaya akan membuat hidupmu (setidaknya) lebih baik.
Kenapa saya menyukai jalan-jalan menggunakan backpack dan lebih banyak berjalan
kaki? Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari berjalan kaki menyusuri tempat
baru. Siapa sih yang mau jalan-jalan malah mandi keringat ataupun jadi bau
badan? Tapi percayalah ketika kamu melakukan suatu perjalanan dengan berjalan
kaki, hal-hal kecil yang biasa terlewatkan ketika kamu menggunakan kendaraan
akan kamu jumpai. Memperhatikan hal-hal kecil itu menarik semisal melihat
bagaimana interaksi bocah-bocah bermain, merasakan panas aspal jalanan,
mengamati lalu lalang orang, dan masih banyak lagi. Tatapan orang-orang pun
akan menjadikanmu sebagai ”objek asing" yang membawa ransel berat
menyusuri jalanan mereka. Tidak heran kalau kamu suatu saat backpackeran akan dilihat
sebagai orang aneh, terutama di Indonesia yang kultur backpackernya masih
terbilang rendah.
|
Pemanasan Dulu |
Backpacker memang tujuan
utamanya adalah berhemat. Hemat pangkal selamat, tapi hemat juga akan mempertemukanmu
dengan orang-orang baik. Saya bertemu orang-orang luar biasa di hidup saya!
Bertemu orang lokal dan bermalam di tempat mereka akan mengajarkanmu banyak
budaya. Ketika di Nepal saya bertemu Kunga, orang yang memberikan tumpangan
bahkan makanan selama saya di Kathmandu. Kunga adalah seorang penganut Budha
yang taat bahkan sempat menjalani pembelajaran sebagai biksu. Dia mengajarkan
saya bahwa toleransi tidak cuman berupa omong kosong diudara tapi pengamalan
ketika bertemu dengan orang-orang yang berbeda agama. Bahkan kami beribadah
masing-masing tanpa sekat yang menutupi. Kunga yang membuat saya percaya bahwa
semua orang perlu mengajarkan kebaikan anpa melihat latar belakang orang
tersebut. Ada lagi Ghulam Rasool atau yang akrab saya sapa Papa Kashmir,
seorang pedagang kashmir yang hidup di Pokhara berjualan kerajinan khas Kashmir.
Papa Kashmir mau menampung saya selama seminggu saat berada di Pokhara. Di
rumahnya saya belajar memasak kari India, belajar berbahasa Kashmir, adu panco
dengan Bilal keponakannya. Sampai sekarang dia masih sering menelpon saya
sekedar menanyakan kabar ataupun berbagi cerita.
|
Me with Papa Kashmir |
|
Keluarga Pak Zainal di Labuan Bajo |
Begitupun ketika saya berada di
Lombok, saya bertemu Ibu Yulita yang menghampiri saya sewaktu jalan kaki menuju
Gunung Rinjani. Ibu Yulita menawarkan tumpangan sampai ke Aikmel sehabis turun
gunung pun ibu Yulita yang mengajak saya keliling Lombok, makan-makan enak,
menjemput anaknya sekolah. Labuan Bajo juga tidak ketinggalan memberikan orang
baik kepada saya yaitu pak Zainal. Pak Zainal adalah tetua kampung Bajo yang
mempersilahkan saya menginap di rumahnya. Pak Zainal juga berbagi pengalaman
spiritualnya mengenai agama Islam serta bagaimana pahit manis kehidupan seorang
nelayan. Banyak lagi sebenarnya orang-orang yang saya temui dalam perjalanan
yang menginspirasi, menyadarkan, seklaigus mengajarkan bahwa orang-orang baik
akan selalu ada dimanapun.
|
Makan Dulu Sama Keluarga Bu Yulita |
Ketabahan seseorang pun diuji
ketika melakukan backpacker. Backpacker tidak melulu jalan kaki sebagai
kendaraan utama mencapai tujuan tapi kadangkala kita harus memanfaatkan
angkutan umum ataupun tebengan orang-orang yang lewat. Interkasi sosial kita
diuji ketika kita meminta tebengan kepada orang yang lewat. Tidak serta merta
semua orang mau untuk memberikan tumpangan kalau skill negoisasi kita tidak
bagus. Lebih bagus lagi kalian mempunyai skill mengemudi agar bisa gantian
dengan supirnya. Saran saya untuk menumpang dengan orang adalah cari lampu
merah! Disaat lampu merah orang-orang semua akan berhenti dan disaat itulah
kita tawar menawar dengan sang empu mobil. Oh ya usahakan cari mobil bak
terbuka agar mereka mudah menerima kita sebagai tamu tebengan.
|
Kita Lagi Nebeng Nih |
Backpacker juga melatih untuk
tidak membuang-buang makanan/minuman. Penghematan yang kita lakukan akan
sia-sia apabila makanan yang kita dapatkan entah dari hasil pemberian ataupun
beli menjadi terbuang. Bagi backpacker pantang untuk tidak menghabiskan
makanan, kecuali sudah busuk! Penghargaan akan makanan inilah nanti yang
membantu menumbuhkan sikap dermawan kepada kita untuk membantu sesama yang
kelaparan.
|
Kari India Hasil Masak Sendiri+Yogurt |
Sebenarnya masih banyak hal-hal
positif yang didapat dari backpacker yang tidak dapat dituliskan satu persatu.
Hal yang terpenting adalah sepulang dari perjalanan jauh, kita dapat memetik
pelajaran berharga pada setiap langkah kita, terlebih menjadi pribadi yang
lebih baik dan lebih tangguh kedepannya.
0 komentar:
Posting Komentar